July 18, 2014

Camping di Bumi Perkemahan Danau Buyan

Bosen di rumah aja, akhirnya aku, sintya, dewi dan pitri memutuskan untuk camping, kedengerannya keren kan.. haha 



Kita memilih Camp di Bumi Perkemahan Danau Buyan, yang terletak di Desa Pancasari, Singaraja. Atau perbatasan antara kabupaten tabanan dan kabupaten buleleng. Untuk menuju ke lokasi dari denpasar membutuhkan waktu 1,5 jam (naik motor pelan pelan, ekhm). Lokasi terletak 1 km dari kebun raya bedugul (patung jagung). Penandanya adalah pasar pancasari yg ada patung buah strawberi, di sebelah pasar tersebut terdapat jalan masuk ke barat, kemudian ikuti jalan tersebut sekitar 2,5 km maka anda akan sampai di Bumi Perkemahan Danau Buyan. Jalannya lumayan lebar, muat kok mobil masuk kesini.

Saya berangkat pukul 14.00 dari denpasar dan tiba di lokasi pukul 16.00. Untuk masuk ke lokasi perkemahan, anda dikenakan tarif masuk Rp 6.000,00

Lokasi perkemahan sangat luas dan terletak di samping danau. Pemandangan yang indah apalagi kalau sudah bosan dengan hiruk pikuk perkotaan. Menurut ibu ibu pedagang, lokasi ini sangat ramai dikunjungi di kala liburan kenaikan kelas dan sering digunakan sebagai lokasi perkemahan untuk persami, masa orientasi siswa dan ospek mahasiswa ataupun liburan keluarga.

Udara sore itu sangat cerah, secerah hatikuu *eeaaa* tapi ga terlalu panas karna udara disana memang terkenal dingin. Kemudian kami memilih lokasi yang datar dan empuk agar nanti malam bisa tidur nyenyak. Kita langsung memasang tenda. Yaps, 1 tenda  untuk 4 orang. Setelah selesai kemudian menghaturkan sesajen di beberapa pura dan di depan tenda. Finish.

Untuk mempersiapkan acara malam, kita berencana membuat api unggun, dan langsung menuju ke depan tempat perkemahan. Beberapa warga membuka usaha dagang dan mereka sangat ramah menyambut kita yang kebingungan, hehe. Selain menyediakan makanan dan minuman juga menyediakan beberapa fasilitas, seperti :
Sewa tenda
Sewa pancing 5.000
Charge handphone 5.000
Kayu bakar 10.000/ikat
Minyak gas 10.000/botol kecil
Sewa kamar mandi

Tapi aku lebih milih sewa tenda di denpasari sih, jauh lebih murah hehe


Semakin malam ternyata semakin ramai orang yang berkemah, saya sempat menghitung ada sekitar 24 tenda yang berkemah malam itu. Jika di rata-ratakan 4 orang per tenda maka ada 96 orang yang berkemah malam itu.

Serunya memantau orang camping malem malem gini, ada tenda yang memanggang ayam, ada yang bernyanyi, kita sih di tenda aja menikmati malam dengan membuat api unggun, jagung bakar dan sambil tiduran dibawah bulan purnama *aw aw*. Sepanjang malam kita menghabiskan 3 ikat kayu bakar dan 1 botol minyak tanah. Cukup hemat.

Tapi sayangnya keesokan harinya hujan rintik2 tak kunjung reda. Jadi ga sempat menyusuri jalan setapak di hutan, cuma mancing dan foto di sepanjang danau.




July 8, 2014

Pilpres 9 Juli #Pilpres9Juli

9 Juli 2014, rakyat Republik Indonesia mengadakan Pesta Demokrasi 5 tahunan yaitu Pemilihan Presiden atau sering di posting dengan #Pilpres9Juli. Pemilihan presiden ini merupakan pemilihan LUBER JURDIL ke-3 dan untuk menentukan Presiden Republik Indonesia ke-7.

Sebelumnya, saya mengikuti pemberitaan-pemberitaan yang ada di televisi, koran maupun media sosial, bahkan sejak dari pemilu legislatif untuk melihat dan meninjau perilaku poitik dan politisi di Indonesia. Sebagai orang yang belum mengerti politik dan belum terjun ke pemerintahan, berita adalah hal yang penting. Berita mengenai visi misi calon, daftar riwayat hidup serta rekam jejak selama menjadi warga Indonesia. Berita tersebut saya tampung, saya pikirkan dan analisis kebenarannya. Saya dapat mencari kebenarannya di internet, berita lain ataupun menunggu hingga adanya klarifikasi di media dari berbagai pihak. 

Kedua pasang calon presiden merupakan orang-orang pilihan masyarakat, yang dipercaya, memiliki pengaruh, memiliki kekuasaan dan mendapat simpati dari masyarakat. Keempat tokoh merupakan inspirasi bagi kaum-kaum muda Indonesia, karena sepak terjangnya di Indonesia sudah tidak dapat diragukan lagi. 

Sebagai pemilih muda dan pemilih baru, saya ingin memberikan suara saya kepada satu kandidat terbaik. Yang terbaik dari yang terbaik. Yang akan memenuhi cita-cita bangsa, untuk mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dan saya yakin para pemilih muda Indonesia akan cukup cerdas menentukan hak pilihnya.

Saya merasa sedih karena banyaknya aksi saling serang, saling lapor diantara kedua kubu. Kampanye hitam yang terjadi diantaranya pemberitaan oleh media televisi yang timpang, adanya majalah obor rakyat dan majalah sapu jagat yang sedang di usut kasusnya oleh pemerintah, trik trik pemberian amplop, serta sederet tindakan yang kurang baik. Namun, saya merasa perlu "angkat jempol" kepada para musisi tanah air yang tberusaha memberikan contoh yang baik kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya untuk berkontribusi terhadap kemajuan Indonesia.

Merupakan kebanggaan bagi saya karna HARI INI saya TELAH berpartisipasi secara langsung terhadap perubahan Indonesia untuk 5 tahun mendatang.  Pilih No. 1 atau No.2 bukan masalah, asal anda menggunakan hak pilih anda secara benar :)

July 2, 2014

Potong Gigi Masal di Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR)

26-27 Juni yang lalu, saya dan keluarga melaksanakan  Upacara Potong Gigi .
Tepatnya turut terlibat dengan mengikuti Potong Gigi Masal di Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR). Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) terletak di Jalan Cekomaria 777, Peguyangan, Denpasar.

Pada kesempatan tersebut, ternyata banyak juga yang mengikuti proses upacara ini, yaitu lebih dari 200 orang. Saya dan keluarga dapet nomor urut 145-150, 3 laki-laki dan 3 perempuan, hihi. Itu baru pesertanya, sangging-nya (pemangku yang bertugas mengikir gigi) saja berjumlah 70 orang. Benar-benar masal :D

Proses upacara dilaksanakan dari tanggal 26 Juni, yaitu acara medengen-dengen. Hari itu, jam 3 sore saya dan keluarga datang ke Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) menggunakan baju yang sudah diberikan oleh panitia, kamen dan selendang, serta membawa perlengkapan persembahyangan yaitu bunga, kwangen, canang sari, dan dupa. Pada saat upacara ini yang dilakukan adalah Sembahyang, Natab, Menggunakan benang merah di kaki kiri. Setelah upacara ini, oleh para Pemangku kita disarankan agar setelah sampai dirumah agar jangan bepergian keluar rumah.

Pada tanggal 27 Juni, saya jam 4 pagi sudah ke salon untuk berias. Saya hanya menggunakan riasan adat madya. Upacara dimulai jam setengah 7 pagi di Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR). Walaupun rumah letaknya dekat dan ke salonnya pagi tapi tetap saja saya terlambat. Heran.

Ritual yang dilaksanakan hari ini adalah ang pertama adalah sembahyang, dan natab. Sekitar jam 10 saya mendapat giliran untuk metatah, didampingi orang tua saya menuju bale tempat metatah. Oya, karena pesertanya banyak, sekali naik ke bale itu 10 orang berjejer untuk metatah. Kemudian diarahkan oleh Pemangku untuk sembahyang kemudian mengambil posisi tidur untuk dilakukan proses potong gigi, Pemangku tersebut menaruh suatu penyangga diantara gigi saya kemudian mulai mengikir 6 gigi atas. grek grek grek. Rasanya? entahlah. Setelah itu turun dari bale dan menginjak 3x sesajen yang ada dibawah dan kembali ke tempat duduk masing-masing.

Setelah di tempat duduk kembali dilakukan natab, kemudian dipasangkan kalpika, dan benang tridatu (benang tiga warna) di badan, kemudian memotong sedikit rambut serta memotong bunga teratai putih yang dimasukkan ke dalam tempat dari janur. Ada pula mepedamel (dengan mencicipi sad rasa = enam rasa, yaitu: sepet, manis, pahit, asin, asam, pedas),  dan yang unik bagi saya adalah kita di berikan beras di atas kedua tangan, kemudian nantinya akan datang Pemangku membawa ayam (yang sudah mati) dan kaki ayam tersebut mengais beras yang ada ditangan. Setelah itu ada lagi pemangku yang membawa bebek (yang sudah mati), sebagai simbol Dewi Saraswati, kemudian mencium kening, hidung dan bibir saya. hehehe. Terakhir adalah nunas tirta, tirta dari rumah masing-masing.

Acara selesai jam 2 siang, dan seluruh peserta sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Selesailah rangkaian  Upacara Potong Gigi  saya dan keluarga. Lega. Senang. Haru. upacara ini berlangsung dengan lancar dan disaksikan oleh banyak keluarga dari nenek, paman, bibi, kakak, adik dan saudara yang lain.

July 1, 2014

Potong Gigi

Potong gigi atau Metatah/Mepandes/Mesangih merupakan ritual umat hindu untuk laki-laki dan perempuan yang telah beranjak dewasa, ritual ini yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh Sad Ripu di dalam diri seseorang.

Sad Ripu berasal dari kata sad yang berarti enam dan ripu yang berarti musuh. Jadi, Sad Ripu berarti enam musuh yang berada dalam diri manusia. Bagian – bagian sad ripu yaitu :
1. kama : nafsu, keinginan
2. lobha : tamak, rakus
3. krodha : kemarahan
4. moha : kebingungan
5. mada : mabuk
6. matsarya : dengki, iri hati

Potong gigi dilaksanakan dengan mengikir 6 buah gigi atas. Ritual ini dilakukan oleh Pendeta/Mangku. Upacara ini merupakan kewahiban bagi umat Hindu. Bagi laki-laki atau wanita dewasa yang meninggal sebelum potong gigi, maka pada saat meninggal maka akan dilakukan upacara ini
 
Beberapa rangkaian upacara Potong Gigi yang dilaksanakan:
Mendengen-dengen, pada saat upacara ini yang dilakukan adalah Sembahyang, Natab, Menggunakan benang merah di kaki kiri, setelah upacara ini kita dilarang untuk bepergian keluar rumah.

Potong Gigi, setelah mebakti, para peserta diarahkan untuk naik ke bale (tempat tidur untuk potong gigi) dan dilaksanakan proses potong gigi untuk meratakan 6 gigi atas. Selama proses potong gigi, air kumur dibuang di sebuah nyuh gading (kelapa kuning) agar tidak menimbulkan keletehan.


Mapedamel, Tujuan mapedamel setelah potong gigi adalah agar si anak dalam kehidupan masa remaja dan seterusnya menjadi orang yang bijaksana, dengan mencicipi sad rasa = enam rasa, yaitu: sepet, manis, pahit, asin, asam, pedis, adalah simbol orang dewasa yang  mengalami lika-liku kehidupan sehingga berdasarkan pengalaman menjadi pandai (wikan) dan bersiap-siap mengendalikan diri dalam menghadapi situasi yang akan menimpa di kemudian hari dengan cara-cara yang bijaksana (wiweka).

Memakai benang tridatu. Benang tridatu mapelintir disebut benang sawit berwarna tiga: merah = simbol Brahma, putih = simbol Siwa, hitam = simbol Wisnu, berarti mohon perlindungan/ tameng dari Sanghyang Tiga Saktiatau Tuhan Yang Maha Esa.